Sabtu, 18 Mei 2013

Foto Memori


When I was just a little girl,
I asked my mother what will I be?
Will I be pretty? Will I be rich?

Ketika mengingat-ingat lagi tentang masa waktu kita masih kecil, yang ada aku pengen ketawa sendiri. Inget ketika aku yang ngambek karena hal-hal kecil, aku yang nangis karena hampir ditinggal pas mau ke kebun binatang, sampe Nancy kecil yang suka difoto.

Kalau inget semua itu, ah. Betapa cepat besarnya aku. Waktu nggak terasa.

Mama papa mulai aku lahir udah stand by banget sama kamera. Ya. Mulai aku yang masih umur beberapa hari, sampe aku yang mulai masuk TK dan SD. Semuanya ada di album foto. Entah sudah berapa album yang tersimpan di lemariku.

Lucunya, ketika aku nangis pun difoto. Aku masih ingat ketika terakhir kali aku dan mama ngebuka album foto, dan nemuin foto aku nangis. Beneran. Jelek banget.

Mulutnya kebuka lebar, kepala menghadap ke atas, terus mata merem. Harus diakui, aku pake baju yang lumayan lucu. Tapi, yah. Semuanya di rusak oleh tangisan.

“Hahaha.. Ini pas mama nggoda kamu. Mama bilang mau tak tinggal kamu di rumah,” Mama ketawa sebentar. “Ini pas mau ke kebun binatang, kalau nggak salah.”

Aku diem aja, merhatiin foto itu, terus nanya, “Kok difoto, sih?”

“Lha, wong ekspresi kamu lucu, ya tak foto aja.”

Dan sesederhana itu, kami tertawa lepas.

Fungsi foto emang sebenarnya adalah membekukan momen-momen penting. Entah itu lucu, entah itu bahagia. Yang penting membekukan momen dalam kamera, yang akhirnya akan dicetak di atas kertas foto.

Aku dulu sempet seneng banget pas mau di foto. Saking senengnya pas mama ngajak foto, aku ngajak mama naik ke atas rumah kami dulu. Disana ada sebuah ruangan yang nggak dipake, dan kebanyakan berfungsi sebagai gudang. Kebetulan, di ruangan itu ada semacam panggung kecil, warnanya hijau.

“Disini aja, ma. Bagus.” Aku bilang pada mama. Sesaat kemudian, mama datang membawa kamera dan mulai memotret.

Kalau ngeliat album foto, jadi keinget masa-masa pembuatan foto itu satu persatu. Betapa ajaib, ketika sebuah memori yang nggak pernah diusik selama bertahun-tahun bisa bangkit karena foto.

Waktu masih kecil, aku nggak peduli gimana bentuk rambutku atau gimana bajuku. Yang aku tahu cuma aku pengen difoto. Senyum manis ke kamera. Tapi ketika sudah seperti sekarang, sebelum difoto, ngaca dulu itu sebuah kewajiban. Ngerapihin rambut, lah.

Aku baru sadar, betapa nggak penting gimana bentuk kita saat difoto. Yang penting adalah memori.

Keberhasilan sebuah foto, kalau menurutku adalah bagaimana foto itu berhasil membangkitkan lagi memori orang yang melihatnya. Mau foto yang gila bentuknya, atau terlalu formal sekalipun, asal foto dan memori itu tetap tersimpan di sebuah hard disk yang sama, menurutku itu berhasil.

Aku terus bertumbuh, dan sebenarnya aku ingin ada yang mengabadikan momen itu lagi.

Disisi lain, aku merasa bersyukur punya keluarga yang peduli dengan momen. Another special gift from God. Thank God.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar