Sabtu, 24 November 2012

Talk From Flower, To Your Beautiful Heart (Part 4)



(Author's note: Rasanya udah lama banget, ya. Sepuluh tahun udah lewat sejak cerita ini pertama kali ditulis. *dilempar botol* So, I present you this part, guys! Hope you'll attract with it. Tunggu part selanjutnya sepuluh tahun berikutnya, ya. Kkkk~)

Tangan Antonio bergetar. Aneh. Padahal kopi yang ia pegang tidak seberapa panas. Dia berpikir sejenak. Berbuat baik pada seseorang tidak pernah membuatnya gugup seperti ini. Entahlah.

Laki-laki Prancis kebanyakan akan langsung menemui wanita dan dengan mudahnya mencari perhatian wanita itu. Tapi Antonio tidak bisa. Terkadang, dia tak habis pikir, kenapa banyak sekali orang yang dengan mudah mengajak berkenalan.

Antonio berinisiatif untuk mengambil pena dan secarik kertas dari tasnya. Mungkin sedikit aneh membawa kertas atau pena saat melakukan kegiatan fotografi, tapi Antonio selalu demikian. Dia berpikir, bahwa mungkin akan ada sesuatu yang penting yang akan ia perlukan nanti. Bawaan separuh naluri bisnisnya, mungkin.

Bonjour, nona.
Entah apa yang mendorongku untuk menulis surat dan memberikan secangkir kopi ini.
Aku sedang berjalan-jalan ketika kulihat toko bunga yang indah – yang tak lain adalah tokomu – sudah buka. Awalnya aku ingin masuk dan memotret bunga di dalam toko itu.
Tapi kau tertidur.
Aku bukanlah orang yang jahat. Percayalah aku tidak memasukkan apa-apa dalam kopimu. Kau meminum kopi ini saja sudah menjadi kesenangan luar biasa untukku. Jadi, tetaplah terjaga gadis lily!

Sincerely,
ACW

Antonio melipat kertas itu menjadi lipatan kecil, lalu melongok ke dalam toko sejenak. Gadis itu masih tertidur. Antonio menghela napas sejenak, lalu membuka pintu itu dengan cepat, berusaha tidak membuat lonceng kecil di atasnya berbunyi.

Klining. Klining.

Napas Antonio tertahan. Lonceng itu berbunyi. Dia melirik dengan takut gadis itu. Tidurnya ternyata tak terusik. Antonio membuang napasnya perlahan, lalu meletakkan kertas serta secangkir kopi itu di salah satu meja yang dekat dengan dispenser mini.

Belum sempat ia beranjak keluar, tatapannya kembali teralih pada gadis itu. Semakin dekat jarak Antonio dengan gadis itu, paras gadis itu makin terlihat cantik dan lembut. Aroma gadis itu sangat harum sejak pertama ia bertemu dengannya. Bau bunga. Antonio mengira itu aroma lily. Antonio menggelengkan kepala. Bahkan namanya pun dia tak tahu. Dia tidak punya keberanian. Antonio berjalan keluar dengan cepat. Semakin cepat dia menjauh dari gadis itu, semakin cepat jantungnya kembali normal.

See ya, gadis lily.” Bisiknya sambil menutup pelan pintu toko bunga yang sunyi itu.

***

Elle terbangun sambil menepuk-nepuk dadanya dengan panik. Tersedak saat sedang enak tidur itu memang menyebalkan. Sambil masih terus terbatuk, Elle mengambil gelas, lalu mengisinya dengan air. Dia meminumnya dengan cepat.

Elle meletakkan gelas kacanya di atas meja. Tapi sebuah benda menarik perhatiannya. Sebuah gelas kertas ada di atas meja. Di bawah gelas kertas itu terdapat secarik kertas. Elle mengerutkan kening. Dia yakin benar tidak pernah meletakkan gelas kertas itu disana. Dengan rasa penasaran yang tinggi, dia mengambil gelas itu, lalu mencium cairan di dalamnya. Ini aroma kopi susu. Namun siapa yang meletakkan gelas ini?

Jari panjangnya menyentuh secarik kertas yang tadinya berada di bawah gelas kertas itu. Surat. Elle membaca surat itu dengan segenap perhatiannya. ACW. Siapa ACW?

Mungkin terdengar bodoh percaya pada orang yang bahkan kita saja tidak tahu. Orang kebanyakan mungkin akan lebih memilih untuk membuang segelas kopi dari orang yang tak dikenal dibanding harus mengambil risiko mengorbankan keselamatan diri sendiri.

Tapi, Elle percaya pada orang bernama ACW ini.

Entah sihir apa lagi yang mengenai Elle selain laki-laki lily jingga itu, namun akhirnya Elle menyesap kopi itu dengan penuh rasa syukur. Setidaknya masih ada orang yang peduli padanya.

***

“Oke. Jadi kau punya penggemar rahasia sekarang?”

Elle menghela napas. Ini sudah sekian lamanya Charlotte bertanya tentang hal itu. Itu membuat Elle jengah setengah mati. Kata-kata dan nadanya hampir sama. Menunjukkan keheranan.

“Charlotte, aku sudah mengatakannya padamu. Aku tidak tahu. Bisa saja kan ACW ini perempuan?” Tanya Elle sambil menghitung hasil penjualan bunganya hari ini.

“Perempuan? Maksudmu perempuan penyuka sesama jenis? Tidak. Tidak. Tidak. Big no. Tidak mungkin, Elle. Maksudku, tulisan ini memang sangat rapi, tapi sesuatu dalam bahasa ACW ini menunjukkan bahwa dia laki-laki.” Jelas Charlotte panjang lebar.

Elle hanya melirik Charlotte yang sedang duduk di ruang tamunya, lalu mengangkat bahunya.

I mean, laki-laki itu selalu simple, kan?” Tanya Charlotte.

“Hmm.” Jawab Elle. Jarinya masih menari di atas kalkulator dengan cepat.

“Surat ini juga begitu. Kata-katanya begitu ringkas dan straight to the point.” Jelas Charlotte lagi.

Elle terdiam. Bagi Elle, walaupun surat itu sangat pendek, tapi itu berarti banyak bagi Elle. ACW ini benar-benar berhasil menyihir dirinya. Mungkin sihirnya lebih kuat daripada laki-laki lily jingga.

“Argh. Tapi kau benar-benar beruntung, Elle! Laki-laki ini romantis sekali! Awas saja nanti dia lebih tampan dari calon tunanganku!” Pekik Charlotte sambil melempar bantal sofa kearah Elle.

“Hei!”

***

Pesta pertunangan adalah pesta pengikatan semi-permanen dua hati. Setidaknya bagi Elle. Charlotte yang begitu spontan dan boyish, sekarang terlihat begitu anggun dengan balutan gaun berwarna biru muda. Gerald – tunangan Charlotte – terlihat begitu mengimbangi tunangannya. Mereka terlihat sangat serasi.

Pertunangan Charlotte diadakan di sebuah mini ballroom. Semuanya begitu meriah. Jika Elle bertunangan nanti, dia ingin mengadakan pesta seapik ini. Dia akan menggiring Charlotte sebagai orang yang mendekorasi pestanya.

“Elle, kau sendirian lagi?” Tanya Charlotte.

Elle memutar-mutar minumannya. “Tentu saja aku sendirian.” Katanya.

Sedetik kemudian, terdengar suara benturan yang sangat keras, tak jauh dari tempat mereka berdua. Kontan saja Elle dan Charlotte berlari menuju suara benturan itu. Mereka berdua memang pemberani.

Elle dan Charlotte tak percaya apa yang mereka lihat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar