Sabtu, 23 Juni 2012

Mana Jalan yang Benar?


Kemarin, untuk kesekian kalinya aku pergi ke mall bareng temen2. Tapi dengan formasi yang berbeda. Kalau yang pertama, cuma bareng temen cewek. Yang kedua, rame-rame (banyakan cowoknya), yang ketiga juga sama, rame (tapi yang ini banyakan ceweknya) kalau yang keempat ini seimbang (2 cowok, 2 cewek)
Keliatan kayak double date? Iya, aku tahu, kok. Tapi mau gimana lagi. -___-


Seperti biasa, rencana awal adalah nonton. Awalnya lagi, mau nonton Snow White and the Huntsman. Tapi eh tapi, jam tayangnya jam 5.. Ya kemaleman. Males banget kalo mesti tepar Cuma gara-gara nonton film.

Akhirnya, kami nonton film Monster In Paris. Ya, lumayan, lah filmnya. Nanti film ini juga salah satu film yang bakalan dimasukin ke post selanjutnya, kok tenang aja.

Setelah itu kami makan. Makan pizza. Enak, sih. Tapi bokek. Temenku aja malah ada yang sampe bertengkar gara-gara masalah duit. Memalukan.

Ada satu hal yang ngebuat aku tertegun. Aku emang udah berulang kali pergi ke mall itu, tapi selalu sama. Apanya yang sama? Kenangan.

Ketika aku dan temenku mau pulang kemarin, kita melewati sebuah rute. Dan yang aku ingat, bukan kenangan ketika perjalanan kedua atau ketiga. Tapi tetep sama kenangan perjalanan pertama kesini. Sama dia. Teman. Ya, teman.

Aku masih ingat bagaimana dia tertawa, obrolan kita hari itu, dan bagaimana aksi tunggu-tungguan kami ketika nunggu jemputan. Aku masih ingat betul ketika dia bilang mamanya mau mengurus e-KTP hari itu. Hal sekecil itupun, aku masih ingat. Padahal hampir sekitar 1-2 bulan kejadian itu terjadi.

Aku ingat bagaimana canggungnya kita saat itu. Kami emang udah enggak dekat lagi. Aku ingat bagaimana aku ngerasa enggak enak, dan ngerasa kalau hal-hal yang aku bicarakan itu membosankan bagi dia. Ya, aku ingat betul

Otakku memang enggak terlalu baik mengingat sesuatu yang terlalu detail, tapi anehnya untuk kali ini, aku selalu ingat.

Dalam perjalanan itu, aku menyadari sesuatu. Rasa rindu ini, memang sudah melekatkan kenangan itu di otakku. Agar selalu ingat, betapa aku ingin memutar waktu. Memutar waktu bagaimana kita tertawa dengan lepas, tanpa ada rasa canggung. Itulah yang aku rindukan dari dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar