Sabtu, 12 Mei 2012

Ketika Uang Tak Lagi Cukup Untuk Membeli Sebuah Kebahagiaan

Hai, semua! Kembali lagi ke blog yang membahana, dan menggelora.. Dimana lagi kalau bukan di.. DOREMI BLOG!

..

Eh, gaya penyapaan aku di atas tadi kok kayak Soimah, ya.. Kelihatannya, aku memang udah teracuni sama temenku. Temenku Soimah? Bukan.. Lebih tepatnya reinkarnasi tak tercapai dari Soimah. Tampangnya artis Mandarin, tapi tingkah lakunya mengalahkan Shinchan. (ngaco)

Udah-udah. Daripada nanti gosip, dan nanti jadinya cucok, langsung aja ke cerita kita.. Jeng jeng jeng.. *suara biola rusak*


Well, satu minggu ini, banyak kejadian yang terjadi alias happened. Yah, kebanyakan sih enggak teringat lagi.. Kan kapasitas otak untuk mengingat Cuma sekian persen aja. (ngeles) Tapi, yang paling aku inget, sih ya.. Tampil buat visualisasi penyebaran berita proklamasi, lomba bahasa Indonesia sama rencana jalan-jalan (lagi) sama temen-temen yang akhirnya berujung kegagalan.


Mulai dari visualisasi penyebaran berita aja, ya..

Jadi, gini ceritanya. Entah guruku mendapat ilham dari mana, tiba-tiba guru IPS ku menugaskan seantero kelas buat bikin sebuah drama. Nah, naskahnya, kita bikin sendiri, dan diambil dari buku paket. Karena keterbatasan waktu, jadi aku mengajukan diri buat ngerjain naskah di kelompokku. Semua setuju, jadi naskahnya mulai aku garap malem minggu. Ya, bener. Minggu lalu. Ternyata, eh ternyata, teori di buku, kalau dibikin naskah drama itu, jadinya sedikit, lo.. Apa mungkin dibagi-bagi karakternya kali, ya.. Nah, karena gairah menulis naskah dramaku mulai hilang, akhirnya aku memutuskan untuk berhenti ngerjain naskah yang udah lebih dari separuh jadi itu dan mulai surfing di internet.


Dan sialnya, besoknya adalah hari lomba. Lomba bahasa Indonesia. Sebuah lomba yang dulunya sangat dinantikan, tapi tahun ini sama-sekali-enggak-dinantikan. Aku sama temenku, L enggak excited sama sekali kayak tahun lalu. Sama sekali.

Masalahnya, rumit. Kita persiapan lomba, sehari sebelumnya. Itupun otodidak, tanpa ada guru. Otodidak. Tolong dicatat.

Namun, ternyata Tuhan sedang melihat kami. Entah kenapa, kita yang lomba dadakan, istilahnya, dimudahkan jalannya, jadi masuk semi final. What an achievement. Perasaan? Seneng banget pastinya. Walaupun gak berhasil masuk final, gak papa, lah. Selain bisa dapet pengalaman baru, lumayan, lah.. Dapet 3 sertifikat sekaligus.. *kipas kipas*

FYI, di lomba yang kita ikuti itu, setiap tingkatan, para peserta pasti dapet seritifikat. Contohnya aja, nih. Kita ikut babak penyisihan, kita bakalan dapet sertifikat “sebagai peserta” kalau masuk babak perempat final, kita dapet, lah satu gelar yang lebih tinggi “peserta perempat final” dan seterusnya.

Dan yang memalukan, aku kemarinnya sempet berdoa yang enggak-enggak (tapi penuh kesungguhan hati). Aku bilang “Semoga gak masuk semi finalll!” Tapi kenyataannya? Kita berdua masuk semi final. Aku ngerasa, kalau Allah, benar-benar memperhatikan doa setiap hamba-Nya. Ogah, deh doa yang enggak-enggak lagi.


Nah, minggu depannya (hari ini) aku punya rencana sama temen-temen buat pergi ke TP. Enggak tau kenapa, aku kok kayaknya kurang ber-hasrat buat jalan-jalan. Mungkin ini efek dari kantongku yang meraung-raung kali, ya..

Masalahnya, belum sampe satu bulan yang lalu, aku udah jalan-jalan sama temenku (baca post sebelumnya) dan itu, bener-bener menguras kantong. Emang, sih aku enggak bokek-bokek amat hari ini, tapi aku masih ngejar setoran tabungan, jadi rada males buat ngeluarin uang.

Mau tahu kenapa aku ngejar banget tabungan ini?

Soalnya, aku itu tipikal yang mikirin banget kedepannya. Mungkin ini sifat turunan dari mamaku. Mamaku orangnya juga berpikir panjang, beda sama papa yang lebih ke easy going. Aku mau nabung, yah buat kalau sewaktu-waktu ada hal yang tak terduga, aku enggak perlu terlalu repot. Selain itu, aku juga diwanti-wanti banget sama mama buat nabung untuk kuliah nanti. Emang masih lama, tapi persiapan enggak ada salahnya. Yah, begitulah teman, makanya aku niat banget nabung.


Alasan kedua aku enggak ikut jalan-jalan, adalah aku enggak ada inceran barang. Kalau yang kemarin, aku ngincer albumnya Greyson Chance. Kali ini masih belum ada, jadi uang disembunyikan dulu di tempat yang aman.

Family, the only thing that can't deal with money

Kadang, aku bingung, kenapa ada aja orang yang mau ngebeli semuanya demi kebahagiaan, atau keinginan yang sementara semata. Kalau menurut aku pribadi, sih enggak semuanya bisa dibeli dengan uang, contohnya cinta, dan rasa hangat di tengah-tengah keluarga. Itu semua memang hanya sesaat, tapi akan selalu tersimpan di hati. Sedangkan barang? Bisa rusak, dan hilang. Ketika kebahagiaan enggak bisa dibeli dengan uang, satu-satunya hal yang harus kita lakukan hanyalah menyayangi orang-orang disekitar, dan melakukan yang terbaik buat mereka semua. Simple thing, but everlasting, that’s love. Happy Saturday everyone! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar