Sabtu, 14 Januari 2012

Novel Addicted part 2

<13 Januari 2012>

Hari ini, aku menemukan sebuah fakta baru tentang diriku: mudah tersentuh. Dan, hari ini, aku juga banyak belajar, kalau apa yang kita pikirkan jelek dari awal itu, enggak selamanya jelek, dan bisa terjadi sama diri kita sendiri. Ini, masih nyambung sama fakta yang aku sudah sebutin dari awal tadi.

Hari ini pula, aku telah melakukan sebuah pencapaian yang sungguh luar biasa dalam hidupku: aku berhasil minjem nopel Autumn In Paris, yang udah pernah aku bahas di posting sebelumnya, dan tergolong keramat, karena dapat membuat orang yang nangis.

Yah, ceritanya emang sama persis seperti yang pernah aku ceritain. Yaitu, tentang cowok dan cewek yang saling mencintai, tapi ternyata mereka itu satu ayah. Hingga akhirnya, si cowok itu meninggal akibat sebuah kecelakaan di tempat kerjanya.

Sebelumnya, temenku bilang “Kamu baca terakhir-terakhirnya di rumah aja, biar suasananya tambah kerasa..” Aku diem aja. Dalam hati aku udah bilang ‘aku enggak bakalan nangis, kalo cuma baca nopel cinta-cintaan kaya beginian’ layaknya seorang cewek yang dihadapkan sama kangguru yang bersarung tangan tinju. Jadi, deh aku ngikutin saran temenku itu.

Awalnya, setelah pulang sekolah, ternyata rumahku sepi. Jadilah aku langsung ngambil buku Autumn In Paris itu, dan mulai baca. Itu pada saat pukul setengah satu siang. Dari awal, aku cuma manggut-manggut sambil diem aja, tapi mulai sampe tengah-tengahnya, mulai ada sensasi dag-dig-dug yang enggak jelas. Buku yang aku baca, udah semakin tipis. Itu waktu jam 2. Dan, akhirnya nyampe ke klimaks cerita, aku mulai bergerak-gerak tanda kegalauan tingkat maksimal. Naik, turun kasur. Beneran sebuah nopel yang ngabis-ngabisin tenaga banget. Untung aja, enggak ada kehadiran angin yang di dalam perut. Bisa-bisa, suasana galau langsung jadi kaco.

Dan, tebak apa yang terjadi sama aku? Aku lagi tengkurap si atas kasur, waktu aku baca lembaran-lembaran maut (baca: menguras emosi) itu. Aku menitikkan seekor, eh setetes air mata. Sialnya, aku nangis disaat yang enggak tepat. Mama dan adikku udah mulai berdatangan dan menyerbu kamar. Tapi untungnya, aku udah nyembunyiin mataku di balik guling. Berasa kayak jadi maling.

Ceritanya emang so sweet banget, beda sama nopel cinta-cintaan lain yang pernah aku baca. Kalau yang ini, cinta-cintaannya berkelas banget. Enggak terlalu me ‘rusak’ otak kecilku. Apalagi pas terakhir si cewek bilang ke si cowok yang lagi koma dan hampir meninggal ‘Jangan marah padaku kalau aku menangis.. Hari ini saja.. Kau boleh lihat sendiri nanti. Kau akan lihat tidak lama lagi, aku akan kembali bekerja, tertawa, dan mengoceh seperti biasa.. Aku janji.’

Kalimat itu terngiang-ngiang di kepalaku (yang notabene enggak gampang lupa sebuah cerita, beda sama pelajaran, hehehe.. :p)

Dampaknya?

Aku meringkuk di bawah selimut, nangis sampe 15 menit lamanya.

....

Ternyata aku juga melankolis. Lebih parah, kelihatannya.

Untung juga, ya aku enggak punya nopel cinta-cintaan. Baca nopel minjem aja nangis, apalagi punya sendiri? Hidup hemat! :D

Moral of the day: Jangan sok kuat, kalau ternyata kenyataannya juga melankolis. Dan harus sedia tisu dan makanan kalau baca nopel cinta-cintaan. Sekian, terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar