Sabtu, 14 Januari 2012

M.A.T.E.M.A.T.I.K.A

<11 Januari 2012>

Well, hello again guys! Miss me already? Hehehe.. Karena ada sebuah masalah yang lumayan complicated dan bikin jengkel serta membosankan, aku harus berhenti mengupdate blog ini untuk sementara waktu. Yahh.. Untungnya, masalah itu sudah kembali terpecahkan oleh otak cerdasku yang selalu berputar-putar. (bohong banget)

Kali ini, aku mau membahas tentang sebuah masalah yang kelihatannya cukup lazim untuk kalangan remaja yang merangkap sebagai seorang pelajar (including me) Sebagai seorang pelajar, kita emang dituntut banget buat belajar sesuatu yang baru. Sedikit curcol, hal ini aku masukin di esai 500 kata aku buat lomba, loo. Walaupun sebenarnya, aku enggak yakin aku sudah melakukan kewajiban sebagai siswa tersebut secara baik dan benar, atau malah gatot, alias gagal total. Dan, kadang-kadang, belajar sesuatu yang baru itu menjengkelkan, banget.

Kalian punya pelajaran yang kalian enggak suka? Secara blak-blakan aku memproklamirkan, kalau aku itu benci sama matematika. Garis bawahi itu. (bukannya udah?) Dan, aku yakin kebanyakan orang pasti kayak gitu. Aku enggak pernah mau berurusan sama yang namanya angka-angka, rumus phytagoras, dan aljabar-aljabar yang menguras hati, pikiran, dan makanan (lho?)

Kebanyakan orang enggak suka matematika, lho. Aku udah melakukan survei lapangan. Sasaranku bukan anak-anak yang sejenis sama aku (yang bibit-bebet-bobotnya udah enggak suka banget sama matematika), tapi sasaranku adalah para anak-anak emas para guru. Siapa dia? Tak lain dan tak bukan adalah penyandang ranking 2 besar di kelas. Sebut saja namanya Bejo dan Suminah (asal-asalan banget..)

Interview awal

(aku lagi duduk di kelas sambil nyemil makanan. Kebetulan, di depanku ada Bejo, karena iseng plus jengkel banget sama pe er matematika yang udah di kasih sebelumnya, jadi aku tanya-tanya si Bejo)

Aku : Woi, Jo.. Pe er kamu udah selesai, belum?

Bejo (yang notabene adalah juara kelas, hanya menatap dengan tenang) : Ya, udah lah..

Aku : Oh, ya? Pe ernya susah banget, sih..

Bejo : Enggak, sih gampang-gampang aja.

Aku : (manyun) Iya-iya, ngerti ranking 1 pararel..

Bejo : (giliran dia yang sewot) Apaan, seh!

Aku : Pelajaran yang paling kamu benci itu, apa, sih?

Bejo : Yaahh.. Gak ada.

Dalam hati, aku sempat berpikir, hebat juga nih anak. Mungkin, dia itu ibarat mobil yang tahan gempa, ya.. (emang ada?)

Aku : (tampang enggak excited) Iya-iya.. Anak pararel sama anak emas. Wii..

Bejo : Bukan gitu maksudkuu.. Adoh! Kalau aku itu, enggak ada yang enggak suka, cuma kalau agak enggak suka itu matematika..

Nah, harusnya dia bilang kaya gitu dari tadi. Untung aku enggak lumutan nunggu jawaban dia yang superumit bin superibet itu. Lanjut?

Interview kedua

Kejadian ini terjadi waktu moving class. (Oh, ya buat kalian yang belum tahu, sekolahku itu sistimnya moving class. Jadi kaya sistemnya di Hogwarts, tahu, kan sekolahnya HarPot.. ) Nah, aku dan si Suminah ini juga lagi nungguin anak-anak kelas lain keluar dari kelas yang suram, kelas matematika. Aku dan Suminah lagi duduk-duduk di bangku beranda kelas.

Aku : Haduh, matematika, rek.. Males aku.

Suminah : Aku juga males.

Aku : Pelajaran yang enggak kamu suka itu, apaan, sih?

Suminah : Ya matematika, sama.. biologi rasanya.

Well, inti dari semua interview yang aku lakukan secara spontan ini, adalah banyak orang yang benci matematika. Sekali lagi, garis bawahi itu, kawan.. (Udah!!)

But, akhir-akhir ini aku selalu mencoba buat berpikir positif tentang matematika, aku, dan makanan (makanan, lagiii..) Di belakang buku pelajaranku, ada tulisan kata-kata bijak, dari seseorang bernama S. Gudder.

The essence of mathematics is not to make simple things complicated, but to make complicated things simple.”

Jangan tanya artinya. Susah banget ngejelasinnya. (bukan berarti aku enggak ngerti kalimat itu, cuma kadang ada sesuatu yang gak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Widih..)

Aku tahu kenapa kalimat itu dipampang di sampul buku. Tujuannya enggak lain dan enggak bukan adalah supaya orang yang benci dan mempunyai pengertian yang jelek tentang matematika, menjadi punya pikiran yang positif tentang matematika. Ini nge-jleb banget, sih..

Matematika juga ternyata banyak kegunaannya. Contohnya, waktu kita lagi punya uang yang tinggal sedikit banget, kita bisa melakukan tindakan penyelamatan dengan menawar dengan para pedagang. (apa hubungannyaaaaaa?!!)

Dan, asal kalian tahu, sebelum aku menulis posting ini, aku udah terlebih dahulu berurusan dengan pihak matematika yang bertanggung jawab. Dan terus terang, kalau bisa, aku mau berguru sama orang yang buat soal, yang sukses membuat aku mengacak-ngacak rumah dalam waktu singkat. Ampooonnn!!

Berkat soal itu, aku menyadari satu hal. Matematika = Matimatika.

Hidup gratisaannn! (stres berat)

Tambahan, tambahan!

Buat yang ngerasa namanya aku masukin di postingan ini, dan aku samarin, maap banget ya. Maap, semaap-maapnya soalnya aku udah masukin nama samaran yang ngawur banget. Aku tahu, kalau kalian baca posting ini, kalian pasti marah. Tapi dengan rasa demokrasi, aku menegaskan bahwa aku akan kabur dan lari ngibrit ke kantin, lalu makan soto jika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar