Kemarin, adalah sebuah hari yang
sangat penting untuk para siswa kelas 9. Ya, kemarin mereka mendapat pengumuman
kelulusan dari dinas pendidikan. Dan beruntung, sekolahku termasuk sekolah yang
muridnya 100% lulus. Amazing..
Nah, enggak tahu kenapa, kemarin aku
sama beberapa teman (sebut saja R, Ny, dan Dm) membicarakan tentang masa depan.
Tepatnya, sekitar 10 atau 12 tahun mendatang. Itu, tentu saja atas usulan aku,
yang melihat topik pembicaraan yang semakin krisis. Huahehe.. Sekali-kali
berpikir diluar jalur, juga enggak papa, kan?
Mulai dari pembicaraan awal kami.
“Eh, eh.. Nanti diinget, ya. 10
tahun lagi, kalau kita reunian, kita inget-inget lagi, perkataan kita hari ini,”
Kataku dengan semangat yang meluap-luap seperti gunung meletus.
“Iyo,
rek. Diinget, yo!” Kata Dm penuh
semangat pada R dan Ny.
R dan Ny manggut-manggut aja.
Karena aku yang ngusulin, jadilah
aku yang bicara duluan.
“Sepuluh tahun lagi, aku pengen
punya kerjaan yang mapan, terus..”
“Pacar yang ganteng..” Sambung Ny.
Ah, Ny. Tahu aja kalo aku pengen
ngomong gitu.
“Ya, sepuluh tahun lagi, aku pengen
punya kerjaan mapan, punya pacar yang ganteng dan seiman,” Kataku dengan –
tumben – bijak.
Mereka juga cuma manggut-manggut.
Lalu, tanpa disuruh, giliran Dm,
yang notabene punya pacar, langsung bilang “Umm.. Kalau aku, 12 tahun lagi, aku
pengen bisa beli rumah, dapet pekerjaan yang bagus, bisa nyampe kemana-mana terus..”
Umm.. Sori, kawans sampe ini di cut dulu,
ya.. Rada privasi, soalnya. Ding. Dong. Lanjut aja, deh..
Setelah Dm selesai mengutarakan
keinginannya, giliran Ny dan R yang bingung sendiri. Saling lempar tanggung
jawab. “Kamu dulu, deh..” Kata Ny. “Udah, kamu dulu aja,” Kata R. Karena aku
udah mulai enggak sabar, aku bilang, “Ya udah, deh. Kelamaan kalian. Si R aja
yang duluan,” Tapi si R nyahut, “Lho, si Ny, kok,” Aku yang mulai linglung,
bilang “Yaudah, deh Ny aja,”
Dari percakapan di atas, terlihat
banget dodolnya.
“Kalo aku, pengen nikah sama itu,” Kata Ny blak-blakan. Si Dm sama si
R kelihatannya udah pada ngerti, tapi aku sendiri yang masih bingung maksudnya
apaan. Biasa, perbedaan status otak. Kalau otaknya si Dm dan R itu statusnya
normal, kalau otakku statusnya dodolisasi. Ngenes.
Karena si Ny juga udah selesai,
giliran R yang bicara. “Kalau aku, ya. Yang penting punya kerjaan, punya rumah
sendiri, sama punya suami yang setia, takut Tuhan, dan..”
Aku udah tahu kalau bakal gini
jadinya. Si R itu bijak. Tepatnya terlalu bijak. Hueh.
“R, aku bilangin, ya.. Kita itu
enggak boleh menuntut cowok menjadi seperti yang kita inginkan, kita itu harus
terima mereka apa adanya, bukan ada apanya..” Kataku mulai terbawa. Sok bijak.
Padahal gak pengalaman. Ngenes tingkat pencakar langit.
“Ngomong-ngomong, nasi bebek deket
Tugu Pahlawan itu, enak, lho,” Kata Ny. Aku mulai nelen ludah. Jadi pengen..
“Halah,
nasi bebek deket rumahku lebih enak,” Kataku. Emang situ doang yang tahu
makanan enak?
“Di deket rumahku juga enak,” Kata
R.
Untung, si Dm udah enggak ikut lagi
pembicaraan ini. Kalau dia recommended satu
makanan bebek lagi, aja. Aku bakal kabur ke ujung Tugu Pahlawan.
“Di deket rumahku itu, lho bumbunya
enak, aku suka.” Kata R, mulai lagi.
Aku yang mulai laper, motong aja, “Kenapa
kita jadi ngomongin makanan, sih?” Kataku
“Tau, mulai dari ngomongin masa
depan, jadi ngomongin nasi bebek.” Kata Ny.
“Sepuluh tahun lagi, aku bakal makan
nasi bebek, minumannya Quickly,” Kataku mulai gila. Beda kasta banget. Nasi
bebek paling cuma 7 ribuan, dibandingin sama Quickly yang harganya 20 riben.
Kocak.
Jelas aja Ny dan R ketawa-ketiwi.
“Oh, iya aku lupa. Nanti 9 tahun
lagi, aku bakal ketemu Greyson Chance,” Kataku mulai ngelantur. Ini, adalah
suatu harapan yang mungkin, bisa terjadi, bisa juga enggak. Kalau yang satu
ini, bisanya cuma pasrah.
“Aku tiga tahun lagi, masuk Super
Junior,” Kata Nd, temen cowokku nyamber. Si Nd ini, orangnya agak... Ya, gitu
lah. Jadi enak, lah diajak ngomong.
Three arrows in our live: Future, Past and Present |
Ny dan R juga ngikutin kami
ngomongin secara abstrak apa yang kita inginkan beberapa tahun kedepan.
Pembicaraan tentang masa depan hari itu, berakhir dengan gelak tawa. Dan,
sepatu yang berterbangan. Betapa serunya, jika semua yang kita inginkan itu,
dapat terjadi. Tapi, masa depan adalah rahasia Tuhan, manusia hanya bisa
merencanakan. Yesterday is a past, tomorrow is a mystery and today is a gift – that’s
why it’s called present. Untuk
saat ini aku menyadari bahwa, dikelilingi teman yang baik, adalah sebuah kado
untukku hari ini. Pemandangan yang menyapa, juga kado. They are my beautiful present.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar