(Author's note: Rasanya udah lama banget, ya. Sepuluh tahun udah lewat sejak cerita ini pertama kali ditulis. *dilempar botol* So, I present you this part, guys! Hope you'll attract with it. Tunggu part selanjutnya sepuluh tahun berikutnya, ya. Kkkk~)
Tangan Antonio
bergetar. Aneh. Padahal kopi yang ia pegang tidak seberapa panas. Dia berpikir
sejenak. Berbuat baik pada seseorang tidak pernah membuatnya gugup seperti ini.
Entahlah.
Laki-laki Prancis
kebanyakan akan langsung menemui wanita dan dengan mudahnya mencari perhatian
wanita itu. Tapi Antonio tidak bisa. Terkadang, dia tak habis pikir, kenapa
banyak sekali orang yang dengan mudah mengajak berkenalan.
Antonio berinisiatif
untuk mengambil pena dan secarik kertas dari tasnya. Mungkin sedikit aneh
membawa kertas atau pena saat melakukan kegiatan fotografi, tapi Antonio selalu
demikian. Dia berpikir, bahwa mungkin akan ada sesuatu yang penting yang akan
ia perlukan nanti. Bawaan separuh naluri bisnisnya, mungkin.
Bonjour, nona.
Entah apa yang mendorongku untuk menulis surat dan memberikan
secangkir kopi ini.
Aku sedang berjalan-jalan ketika kulihat toko bunga yang indah –
yang tak lain adalah tokomu – sudah buka. Awalnya aku ingin masuk dan memotret
bunga di dalam toko itu.
Tapi kau tertidur.
Aku bukanlah orang yang jahat. Percayalah aku tidak memasukkan
apa-apa dalam kopimu. Kau meminum kopi ini saja sudah menjadi kesenangan luar
biasa untukku. Jadi, tetaplah terjaga gadis lily!
Sincerely,
ACW
Antonio melipat
kertas itu menjadi lipatan kecil, lalu melongok ke dalam toko sejenak. Gadis
itu masih tertidur. Antonio menghela napas sejenak, lalu membuka pintu itu
dengan cepat, berusaha tidak membuat lonceng kecil di atasnya berbunyi.
Klining. Klining.
Napas Antonio tertahan.
Lonceng itu berbunyi. Dia melirik dengan takut gadis itu. Tidurnya ternyata tak
terusik. Antonio membuang napasnya perlahan, lalu meletakkan kertas serta
secangkir kopi itu di salah satu meja yang dekat dengan dispenser mini.
Belum sempat ia
beranjak keluar, tatapannya kembali teralih pada gadis itu. Semakin dekat jarak
Antonio dengan gadis itu, paras gadis itu makin terlihat cantik dan lembut. Aroma
gadis itu sangat harum sejak pertama ia bertemu dengannya. Bau bunga. Antonio
mengira itu aroma lily. Antonio menggelengkan kepala. Bahkan namanya pun dia
tak tahu. Dia tidak punya keberanian. Antonio berjalan keluar dengan cepat. Semakin
cepat dia menjauh dari gadis itu, semakin cepat jantungnya kembali normal.
“See ya, gadis lily.” Bisiknya sambil menutup pelan pintu toko bunga
yang sunyi itu.
***
Elle terbangun sambil menepuk-nepuk dadanya dengan panik. Tersedak saat sedang enak tidur itu memang menyebalkan. Sambil masih terus terbatuk, Elle mengambil gelas, lalu mengisinya dengan air. Dia meminumnya dengan cepat.
Elle meletakkan gelas
kacanya di atas meja. Tapi sebuah benda menarik perhatiannya. Sebuah gelas
kertas ada di atas meja. Di bawah gelas kertas itu terdapat secarik kertas.
Elle mengerutkan kening. Dia yakin benar tidak pernah meletakkan gelas kertas
itu disana. Dengan rasa penasaran yang tinggi, dia mengambil gelas itu, lalu
mencium cairan di dalamnya. Ini aroma kopi susu. Namun siapa yang meletakkan gelas
ini?
Jari panjangnya
menyentuh secarik kertas yang tadinya berada di bawah gelas kertas itu. Surat.
Elle membaca surat itu dengan segenap perhatiannya. ACW. Siapa ACW?
Mungkin terdengar
bodoh percaya pada orang yang bahkan kita saja tidak tahu. Orang kebanyakan
mungkin akan lebih memilih untuk membuang segelas kopi dari orang yang tak
dikenal dibanding harus mengambil risiko mengorbankan keselamatan diri sendiri.
Tapi, Elle percaya
pada orang bernama ACW ini.
Entah sihir apa lagi
yang mengenai Elle selain laki-laki lily jingga itu, namun akhirnya Elle menyesap
kopi itu dengan penuh rasa syukur. Setidaknya masih ada orang yang peduli
padanya.
***
“Oke. Jadi kau punya
penggemar rahasia sekarang?”
Elle menghela napas.
Ini sudah sekian lamanya Charlotte bertanya tentang hal itu. Itu membuat Elle
jengah setengah mati. Kata-kata dan nadanya hampir sama. Menunjukkan keheranan.
“Charlotte, aku sudah
mengatakannya padamu. Aku tidak tahu. Bisa saja kan ACW ini perempuan?” Tanya
Elle sambil menghitung hasil penjualan bunganya hari ini.
“Perempuan? Maksudmu
perempuan penyuka sesama jenis? Tidak. Tidak. Tidak. Big no. Tidak mungkin, Elle. Maksudku, tulisan ini memang sangat
rapi, tapi sesuatu dalam bahasa ACW ini menunjukkan bahwa dia laki-laki.” Jelas
Charlotte panjang lebar.
Elle hanya melirik
Charlotte yang sedang duduk di ruang tamunya, lalu mengangkat bahunya.
“I mean, laki-laki itu selalu simple,
kan?” Tanya Charlotte.
“Hmm.” Jawab Elle.
Jarinya masih menari di atas kalkulator dengan cepat.
“Surat ini juga
begitu. Kata-katanya begitu ringkas dan straight
to the point.” Jelas Charlotte lagi.
Elle terdiam. Bagi
Elle, walaupun surat itu sangat pendek, tapi itu berarti banyak bagi Elle. ACW
ini benar-benar berhasil menyihir dirinya. Mungkin sihirnya lebih kuat daripada
laki-laki lily jingga.
“Argh. Tapi kau
benar-benar beruntung, Elle! Laki-laki ini romantis sekali! Awas saja nanti dia
lebih tampan dari calon tunanganku!” Pekik Charlotte sambil melempar bantal
sofa kearah Elle.
“Hei!”
***
Pesta pertunangan
adalah pesta pengikatan semi-permanen dua hati. Setidaknya bagi Elle. Charlotte
yang begitu spontan dan boyish,
sekarang terlihat begitu anggun dengan balutan gaun berwarna biru muda. Gerald –
tunangan Charlotte – terlihat begitu mengimbangi tunangannya. Mereka terlihat
sangat serasi.
Pertunangan Charlotte
diadakan di sebuah mini ballroom. Semuanya begitu meriah. Jika Elle bertunangan
nanti, dia ingin mengadakan pesta seapik ini. Dia akan menggiring Charlotte
sebagai orang yang mendekorasi pestanya.
“Elle, kau sendirian
lagi?” Tanya Charlotte.
Elle memutar-mutar
minumannya. “Tentu saja aku sendirian.” Katanya.
Sedetik kemudian,
terdengar suara benturan yang sangat keras, tak jauh dari tempat mereka berdua.
Kontan saja Elle dan Charlotte berlari menuju suara benturan itu. Mereka berdua
memang pemberani.
Elle dan Charlotte
tak percaya apa yang mereka lihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar