A/N: Cerita lain .. bercampur sama rasa galau saya, juga sepotong takoyaki. Selamat menikmati, fellas!
Semerbak aroma parfum mahal tiba-tiba
memenuhi ruangan. Aromanya sangat memabukkan, entah karena adanya kadar alkohol
dalam parfum itu, atau karena orang yang memakainya bisa membuat napasmu
tiba-tiba tertahan. Itu kau, dengan kunjunganmu yang konstan ke tempat ini. Jam
5 sore setiap hari.
Tak banyak yang mau kau pesan di sini.
Biasanya kau hanya memesan seporsi takoyaki dengan taburan ikan di atasnya, dan
segelas teh. Kau biasanya duduk di dekat jendela, terkadang sambil
mengutak-atik smartphone mu dengan
tanganmu yang terlihat kokoh.
Biasanya juga, kau akan diam di tempat itu
sekitar 30 menit. Menarik, lalu menghembuskan napas panjang dari hidungmu yang
panjang. Setelah itu kau akan membawa mobilmu menuju tempat yang tak pernah
kutahu.
Kali ini kau memakai kemeja biru, dengan
kancing yang terbuka di bagian atas. Seperti bukan dirimu yang biasanya selalu
berpenampilan necis. Kali ini kau terlihat lebih santai.
Kau memanggil seorang pelayan, dan mulai
memesan takoyaki. Kulihat sebelah tanganmu dibebat dengan kain kasa. Aku tak
pernah berpikir bahwa seorang yang bekerja jauh dari kata kasar bisa seperti
itu.
Suaramu yang terdengar serupa candu itu
menyambut pendengaranku. Setelah pelayan itu berlalu, kau menyandarkan
punggungmu di badan kursi, lalu menghela napas panjang. Kulihat kakimu yang
dibalut sepasang sepatu sneakers bergerak-gerak.
Aku menggelengkan kepalaku sejenak sambil
tersenyum. Seharusnya aku tahu lebih awal tujuan utamaku datang ke restoran
ini. Sepertinya tujuan itu sudah banyak berubah belakangan ini.
Dari dulu sampai sekarang, makanan favoritku
adalah takoyaki. Sensasi asinnya membuatku ketagihan dan ingin coba lagi.
Apalagi jika ditemani segelas milkshake.
Setiap minggu, aku akan menyisihkan uang jajanku, dan pergi ke restoran ini
untuk memesan beberapa.
Lalu kau datang dengan wajah super lelah,
tapi tampan. Kau duduk di kursi dekat jendela. Kursi yang letaknya tak jauh
dari tempatku, dan kau terbatuk kecil. Perasaan aneh menyelimutiku. Uhm ..
mungkin seperti terpesona? Entahlah.
Sejak saat itu, aku mulai sering berkunjung
ke restoran ini. Alih-alih menikmati takoyaki, kebiasaanku kini berubah menjadi
mengamatimu. Kuanggap ini sama seperti peribahasa sekali menyelam minum air. Tidak ada buruknya juga.
Aku menarik napas panjang, lalu memejamkan
mata. Sedikit kesal pada diri sendiri karena datang ke sini dengan alasan
bodoh. Anehnya, alasan bodoh itu malah membuatku ketagihan. Ketagihan melihatmu
dari jauh.
Tapi apa?
Apa untungnya kau mengamati seseorang yang bahkan tak tahu siapa kau? pikir si otak rasional membuatku kembali
berpijak pada realita. Untungnya? Entahlah. Yang kutahu hanyalah aku sangat
senang.
Lalu untuk
apa kau menghabiskan uang demi orang yang tak kau kenal? tanya otak bagian itu lagi. Aku menghela
napas, lalu memijat kepalaku. Tak menemukan kalimat untuk menjawabnya. Untuk apa kau membayangkan seseorang yang
bahkan terlampau jauh usianya denganmu? Apa kau sebegitu inginnya menikah muda?
Otak bagian itu kembali bertanya dengan kritis.
Geez. Menikah muda? Impianku masih panjang.
Untuk apa memotong masa muda demi memiliki keturunan?
Tapi otak bagian itu benar. Aku memang
terlampau sering membayangkanmu. Membayangkanmu tertawa bersamaku, makan
takoyaki bersamaku, lalu tersenyum untukku. Padahal ini semua tak ubahnya hanyalah
kali kelima aku melihatmu.
Otak bagian itu memang benar adanya. Aku
selama ini hanya berani bermimpi tentangmu dari jauh, melihat figurmu sebagai
laki-laki dambaanku. Tapi sungguh, aku tak pernah berpikir bahwa kita dapat
bertemu layaknya seorang perempuan dan laki-laki.
Tak baik
terlalu banyak bermimpi, otak bagian
itu menasihatiku. Hatiku sedikit teriris, lalu mulai meresapi kebenarannya.
Kau mungkin hanyalah pangeran dalam impianku.
Mungkin hanyalah sosok laki-laki yang sering kulihat di buku, tapi tak pernah
bisa kugapai. Kau hanya mimpi, ilusi yang terdengar sangat manis.
Aku membuka mataku, lalu mulai merasakan
cairan hangat membasahi pipiku. Ah, jatuh cinta diam-diam lagi. Aku sepertinya
jatuh cinta pada sosok imaji, benarkah?
Aku menangkap sosokmu yang mulai menyantap
takoyaki hangat di depanmu, lalu mataku beralih ke arah takoyakiku. Ada dua
bulatan yang tersisa. Mungkin salah satunya terdapat gurita, mungkin satunya
tidak. Atau mungkin dua-duanya tidak ada guritanya.
Satu hal lagi yang kusukai dari takoyaki:
kejutan di dalamnya.
Mungkin kisah cintaku memang lebih baik
seperti takoyaki. Penuh dengan kejutan. Bersama orang yang tak pernah kusangka
akan ada dan hadir dalam hidupku. Aku sempat berharap itu kau, tapi sebelah
perasaanku berkata untuk tidak terlalu banyak bermimpi. Itu akan membuatmu
sakit saat kembali ke realita yang keras dan panas.
Mungkin saat ini aku harus melepas semua
impianku tentangmu. Tak terlalu banyak bermimpi. Suatu saat mungkin aku akan
bermimpi lagi, tapi tak akan banyak. Mungkin malah aku akan menjalani mimpi
itu. Tapi aku akan melepasnya agar aku tak gila perlahan-lahan.
Aku kembali menatap sosokmu, lalu mulai
mengusap air mataku. Rasakan saja takoyaki hangat itu melebur di mulutmu.
Karena ini mungkin kali terakhir aku bersamamu di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar