Entah
perasaan gila apa yang bersarang dipikiranku sekarang. Entah ini karena aku
terlalu naif, atau karena aku terlalu takut untuk jatuh cinta lagi. Sungguh aku
tak mengerti.
Dulu, aku
memang pernah meminta pada Tuhan agar aku dimampukan untuk merasakan perasaan
jatuh cinta lagi. Merasakan kupu-kupu berterbangan dalam perutku dengan
bebasnya, merasakan detak demi detak jantungku sejelas saat aku mendengarkan
setiap tarikan napasku sendiri.
Aku ingin
jatuh cinta.
Sekarang,
Tuhan sudah menjawabnya. Dengan sistim cinta kebut harian, secepat itu pula aku
mudah jatuh cinta. Kuakui aku adalah orang yang mudah jatuh cinta .. juga mudah
berharap.
Ah.
Ditambah
lagi terkadang aku sering merasa bahwa perasaanku sendiri terbalas. Sama
seperti yang sebelum-sebelumnya. Orang bodoh. Mungkin itu pula sebabnya aku tak
mau berharap terlalu banyak kali ini. Aku terlalu takut untuk menghadapi
kenyataan bahwa aku sebenarnya mulai jatuh cinta.
Bodoh. Bodoh.
Bodoh. Sesampai di rumah aku mulai merutuki sendiri karena tak dapat melupakan
sebuah wajah yang beberapa hari ini selalu muncul secara terorganisir dan
teratur.
Sedikit aneh
ketika harus mengakui semua perasaan yang begitu berkecamuk sampai sekarang
ini. Logikanya, jika kita sudah terluka, kita pasti akan menghindari agar kita
tidak terluka lagi. Tak mungkin kita sama seperti keledai yang jatuh ke lubang
yang sama selama berkali-kali.
Dengan
logika seperti itu, aku mulai mengingkari perasaanku sendiri. Aku tak mau
terluka lagi.
Ah ..
Aku mulai
berangan lagi. Dengan senyumnya yang semanis gula. Tawanya yang serenyah
biskuit. Harus kusebut apa dia? Seorang teman?
Hatiku
semakin miris ketika mengingat sederet nomor yang tercantum di buku tulisku.
081 .. sekian sekian sekian. Sengaja kutulis. Tapi tak pernah terlintas niat
untuk mulai menghubungi, walaupun hatiku meronta ingin.
Tak mungkin
aku menjadi bodoh. Untuk sekarang. Entahlah.
He messed up my mind.
Setidaknya
dia mengingat namaku. Dan .. kuharap dia tidak lupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar