Setelah
sekian lama enggak nulis, akhirnya nulis lagi itu rasanya sangat luar biasa.
Berkutat sama buku pelajaran, sama internet itu adalah hal yang pasti dilakukan,
sih. Tapi, seperti yang semua orang tahu, nulis itu juga sebenernya rutinitas yang enggak bisa jauh-jauh dari saya.
Enggak nulis
beberapa minggu – atau mungkin bulan – itu rasanya kayak dijauhin sama pacar
sendiri. Nyesek.
Beberapa
tulisan yang mungkin akan di publish di
sikon yang lain udah mulai digarap. Tapi enggak tahu kenapa sampai sekarang
pengerjaannya nyandet (baca: mogok)
di tengah jalan. Yang nulis bingung mau ngelanjutin gimana, sedangkan yang baca
udah menggetarkan seisi dunia minta dilanjutin.
Ini
terdengar seperti hutang yang perlu dibayar.
Seneng, sih
ada yang mau membaca tulisan yang enggak seberapa populer ini. Tapi enggak tahu
kenapa karakter Elle (oke, sekarang aku ngaku) dan Antonio, gimana cara mereka
ketemuan lagi, ini bikin aku bingung.
Mungkin
seharusnya ada plot.
Mungkin
seharusnya bikin cerita yang enggak terlalu complicated.
Mungkin
seharusnya ngambil cerita yang simpel dan latarnya di Indonesia.
Mungkin
seharusnya diselesain dulu ceritanya, baru di publish.
Semua hal
itu kepikiran. Tiga kata ‘mungkin’ dan satu kata yang bisa menjawabnya: enggak
mungkin. Kalau semua mungkin-mungkin itu terus dipikirkan, naskah ini bakalan
terus galau nunggu kapan di publish nya.
Lagipula,
enggak mungkin aku mundur. Udah terlanjur punya pembaca setia, eh aku malah
mengecewakan mereka. Ini sedikit hutang psikologis sama temen sekelas.
Mungkin, hal
yang aku butuhkan sekarang hanyalah jari yang kuat, dan otak yang penuh dengan
inspirasi. Secangkir teh juga boleh.
Tapi,
alangkah indahnya kalau ada orang istimewa yang mau mengantarkan secangkir
teh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar