Aku pengen
jatuh cinta lagi.
But I’m not dealing with the pain. Exactly, I
can’t.
Ketika bulan
Februari yang padat itu lewat, ketika semua momen yang manis-pahit itu hilang,
rasa ingin itu datang lagi. Ada seorang teman dari kelas sebelah yang naksir
cowok di kelas. Tiba-tiba pas jam istirahat dia mampir ke aku dan temanku yang
lagi makan di kantin.
“Eh, dia itu
kayaknya masih suka sama si A, deh.” katanya membuka pembicaraan. Aku kaget. Si
A ini adalah teman satu kelasku yang terkenal.. yah primadona, sih. Cantik, talkative, pokoknya memenuhi syarat
seorang cewek populer. Enggak heran, sih banyak cowok yang naksir si A. Tapi
beneran, aku enggak nyangka kalau cowok taksirannya juga suka sama A.
“Hieh..
masa?” tanyaku enggak percaya.
“Masa anak
kelasnya sendiri enggak tahu..” katanya. Oke. Aku ngerasa enggak update banget. Bagus.
“Halah.. itu
kan udah lama.” Temen makanku menyahut dari sebelah. Aku makin bingung. Ini
sebenernya infonya yang terlalu baru, apa aku yang udah lama enggak di update, sih?
Enggak lama
kemudian, dia balik ke kelasnya. Meninggalkan aku sama temen makanku yang
keliatannya juga tahu tentang masalah ini.
“Masa sih
taksirannya dia suka si A? Aku kok baru tahu?” tanyaku. Dia meminggirkan sendok
dan garpunya, lalu mulai serius.
“Iya. Waktu
itu kita kan main truth or dare. Disana
dia ngaku kalau misalnya dia pernah suka sama si A.” jawabnya. Aku
manggut-manggut.
Truth or dare, ya. Seems
familiar.
Ya,
keliatannya semuanya bermula dari permainan jadul itu. Mulai dari aku yang
bohong sama diriku sendiri, sampe sekarang temen yang patah hati gara-gara
pengakuan taksirannya.
Sakit hati,
juga familiar sekali..
“Enak, ya
punya taksiran. Rasanya punya naik-turunnya hidup, gitu.” kataku tiba-tiba
sambil nerawang dan mencoba buat nginget-nginget lagi masa-masa kasmaran dulu.
Temenku
ketawa hambar. “Iya, enak. Daripada kita yang enggak punya taksiran, rasanya
hidup flat aja,” Aku manggut-manggut.
“Tapi kalau misalnya sakit hati juga.. rasanya nyelekit.” lanjutnya.
Istirahat
hari itu kita lanjutkan dengan pembicaraan tentang seorang single yang menyedihkan.
Malamnya,
kita berdua mulai galau. Di twitter dia mention aku: “Pengen jatuh cinta lagi..”
Aku diem
ngeliat mention itu. Antara mau jawab
“Iya, aku juga.” Dan bingung. Apa aku siap jatuh cinta lagi? Apa aku siap sakit
hati lagi? Apa aku siap dengar dia bilang kalau dia suka orang lain?
Lalu apakah
aku siap untuk – misalnya – melepaskan dia yang nantinya akan jadi taksiranku
jadian dengan orang lain untuk yang kedua kalinya?
Tapi
akhirnya aku menjawab: “Tuhan, kami ingin jatuh cinta lagi. Tapi tidak dengan
sakit hatinya.”
Sound impossible. Tapi Tuhan tahu jalan yang terbaik.
Tuhan,
sungguh aku ingin jatuh cinta lagi. One
of my wishlists.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar