Judulnya agak ngeri, ya? Yah, tapi enggak apa-apa, lah.
Sebelumnya peringatan: Ini adalah postingan yang curcol dan
beresiko menyeret kalian semua untuk galau. Berhasil atau enggak, yah aku
enggak tau juga, sih.
Jadi gini, beberapa hari yang lalu, aku mulai mengerjakan
kewajiban sebagai jurnalis-sekolah-calon-pensiun buat ngeliput di DBL Arena.
Itu pas UTS, dan hebatnya lagi enggak ada dari pihak sekolah yang nemenin dan
ngasih makan. Mana biaya hidup disana memberatkan..
Tapi bukan itu yang mau saya bahas.
Beberapa hari ini, aku selalu mikir dan mikir tentang hal-hal yang
berat. Yah, salah banyaknya sih biasanya di curcolin di blog. Jangan heran,
soalnya enggak tau kenapa otak otomatis aja gitu nge-set pikiran yang out of box banget.
Dan kemarin, temen cewekku ulang tahun. Pagi-pagi, ketika dia
dateng ke sekolah, semua temen langsung nyambut dia dengan nyanyian selamat
ulang tahun. Semuanya langsung nyerbu dia dan ngucapin selamat ulang tahun. Aku
sih cool aja. Soalnya pagi sebelum
berangkat sekolah, aku udah ngucapin ulang tahun ke dia lewat SMS.
Yang sweet adalah dia
dapet boneka super gede dari pacarnya. (jleb)
Envy? Well, yeah!
Selama ini, orang-orang yang ngasih aku kado adalah sahabatku, Erlina
dan keluarga (kalau inget). Biasanya, sih kita ngerayain pesta ulang tahun
sederhana aja. Pergi ke restoran, makan makanan yang enggak biasa kita makan
pas pergi ke sana. Kata papa, kalau ulang tahun itu harus makan mi. Berharap
umur kita bisa panjang, sepanjang mi yang kita makan.
Tapi kadang, aku pengen banget dapet kado dari orang lain, yah
selain mereka mungkin?
But still, that isn’t the thing
that I wanna write.
Pernah enggak ngalamin tentang jatuh cinta? I know what’s your answer. Yeah, aku juga ngalamin. Lebih tepatnya,
ngalamin satu proses lebih jauh dari tertarik.
Proses-proses cinta itu kebanyakan mulai dari tertarik, mulai ada
benih, mulai tumbuh tunas, sampe akhirnya berbuah jadi rasa sayang dan cinta.
Tertarik pada pandangan pertama itu harus, terus ketika kita udah kenal sama
orangnya dan ngerasa kagum sama dia, secara enggak sadar ada benih yang
menempel di hati kamu. Nah, saat ini, pilihan ada dua. Kalau kamu beruntung dan
terus menyirami benih itu dengan step-step
PDKT, pasti bakalan tumbuh tunas. Kalau enggak, nasib anda akan sama dengan
saya.
Mulai dari dia.
I don’t wanna talk to much about
him. Tapi kesan
pertama pas ketemu dia, adalah dewasa dan gampang ketawa. Itu aja, sih yang
dulu bikin aku tertarik sama dia.
Kenapa suka sama orang kayak gitu? I don’t know. But love choose me as its victim.
Wajah dan tingkah laku dia, berhasil bikin aku kebayang selama
berhari-hari sejak kita pertama kali ketemu. Aku pikir dia single. Ngeliat dari tingkah laku dia yang santai aja.
But yesterday, I figured out that
he’s definetely not single again.
Andai aja emotikon kiss itu
enggak ada, aku enggak bakalan jadi kepo dan akhirnya menemukan kenyataan yang
menyedihkan.
Udah bukan rahasia lagi, kalo emotikon kiss biasanya dipake sama orang-orang untuk menunjukkan rasa
sayangnya. And, he did it to her.
Ketika aku curhat sama temen-temen, mereka ngedengerin, dan
nanggepin.
“Tapi kamu kenalnya belum lama, kan?” Tanya J, yang baru aja ulang
tahun.
“Ya.”
“Yah, untung juga kan kamu tahu kalau dia udah enggak single sekarang. Daripada nanti sampe
berlarut-larut dan kamu terlanjur sayang sama dia.” Kata dia bijak.
She had the point.
Aku sekarang mulai mundur, perlahan-lahan. Berusaha menata kembali
hati yang kembali patah. Berusaha menghapus air mata yang belum sempat keluar. I deal with the heartbreaker.
But still, I wonder. Pernahkah dia ngerasain hal yang
sama kayak aku?
Seperti lagunya David Archuleta, I’m broke, but not broken.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar