..
Eh, gaya penyapaan aku di atas tadi
kok kayak Soimah, ya.. Kelihatannya, aku memang udah teracuni sama temenku.
Temenku Soimah? Bukan.. Lebih tepatnya reinkarnasi tak tercapai dari Soimah.
Tampangnya artis Mandarin, tapi tingkah lakunya mengalahkan Shinchan. (ngaco)
Udah-udah. Daripada nanti gosip, dan
nanti jadinya cucok, langsung aja ke cerita kita.. Jeng jeng jeng.. *suara
biola rusak*
Well,
satu
minggu ini, banyak kejadian yang terjadi alias happened. Yah, kebanyakan sih enggak teringat lagi.. Kan kapasitas
otak untuk mengingat Cuma sekian persen aja. (ngeles) Tapi, yang paling aku
inget, sih ya.. Tampil buat visualisasi penyebaran berita proklamasi, lomba
bahasa Indonesia sama rencana jalan-jalan (lagi) sama temen-temen yang akhirnya
berujung kegagalan.
Mulai dari visualisasi penyebaran
berita aja, ya..
Jadi, gini ceritanya. Entah guruku
mendapat ilham dari mana, tiba-tiba guru IPS ku menugaskan seantero kelas buat
bikin sebuah drama. Nah, naskahnya, kita bikin sendiri, dan diambil dari buku
paket. Karena keterbatasan waktu, jadi aku mengajukan diri buat ngerjain naskah
di kelompokku. Semua setuju, jadi naskahnya mulai aku garap malem minggu. Ya,
bener. Minggu lalu. Ternyata, eh ternyata, teori di buku, kalau dibikin naskah
drama itu, jadinya sedikit, lo.. Apa mungkin dibagi-bagi karakternya kali, ya..
Nah, karena gairah menulis naskah dramaku mulai hilang, akhirnya aku memutuskan
untuk berhenti ngerjain naskah yang udah lebih dari separuh jadi itu dan mulai surfing di internet.
Dan sialnya, besoknya adalah hari
lomba. Lomba bahasa Indonesia. Sebuah lomba yang dulunya sangat dinantikan,
tapi tahun ini sama-sekali-enggak-dinantikan. Aku sama temenku, L enggak excited sama sekali kayak tahun lalu.
Sama sekali.
Masalahnya, rumit. Kita persiapan
lomba, sehari sebelumnya. Itupun otodidak, tanpa ada guru. Otodidak. Tolong
dicatat.
Namun, ternyata Tuhan sedang melihat
kami. Entah kenapa, kita yang lomba dadakan, istilahnya, dimudahkan jalannya,
jadi masuk semi final. What an
achievement. Perasaan? Seneng banget pastinya. Walaupun gak berhasil masuk
final, gak papa, lah. Selain bisa dapet pengalaman baru, lumayan, lah.. Dapet 3
sertifikat sekaligus.. *kipas kipas*
FYI, di lomba yang kita ikuti itu,
setiap tingkatan, para peserta pasti dapet
seritifikat. Contohnya aja, nih. Kita ikut babak penyisihan, kita bakalan dapet
sertifikat “sebagai peserta” kalau masuk babak perempat final, kita dapet, lah
satu gelar yang lebih tinggi “peserta perempat final” dan seterusnya.
Dan yang memalukan, aku kemarinnya
sempet berdoa yang enggak-enggak (tapi penuh kesungguhan hati). Aku bilang “Semoga
gak masuk semi finalll!” Tapi kenyataannya? Kita berdua masuk semi final. Aku
ngerasa, kalau Allah, benar-benar memperhatikan doa setiap hamba-Nya. Ogah, deh
doa yang enggak-enggak lagi.
Masalahnya, belum sampe satu bulan
yang lalu, aku udah jalan-jalan sama temenku (baca post sebelumnya) dan itu,
bener-bener menguras kantong. Emang, sih aku enggak bokek-bokek amat hari ini,
tapi aku masih ngejar setoran tabungan, jadi rada males buat ngeluarin uang.
Mau tahu kenapa aku ngejar banget
tabungan ini?
Soalnya, aku itu tipikal yang
mikirin banget kedepannya. Mungkin ini sifat turunan dari mamaku. Mamaku
orangnya juga berpikir panjang, beda sama papa yang lebih ke easy going. Aku mau nabung, yah buat
kalau sewaktu-waktu ada hal yang tak terduga, aku enggak perlu terlalu repot.
Selain itu, aku juga diwanti-wanti banget sama mama buat nabung untuk kuliah
nanti. Emang masih lama, tapi persiapan enggak ada salahnya. Yah, begitulah
teman, makanya aku niat banget nabung.
Family, the only thing that can't deal with money |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar