<12 Januari 2012>
Kita semua (orang-orang yang suka baca), pasti enggak asing sama yang namanya nopel, atau bahasa kerennya novel (ngarang) Jenis nopel bermacam-macam, mulai dari nopel cinta-cintaan yang menguras emosi, sampai nopel komedi yang menguras makanan. Eh, ralat menguras tawa. Dari semua nopel ini, nopel yang paling aku suka adalah nopel komedi.
Pernah, nih ya, aku baca sebuah novel komedi, yang penulisnya kelihatannya selalu ngalamin kejadian-kejadian aneh bin ajaib dan dia bisa mengemas kejadian aneh itu, menjadi kumpulan beberapa cerpen, yang akhirnya dijadikan sebuah buku. (kelihatannya aku salah beli, deh. Ini bukan nopel, tapi kumcer : kumpulan cerpen, I think..) Tapi beneran, buku ini keren banget. Enggak sia-sia ngeluarin uang banyak (padahal dibayarin)
Tapi, faktanya temen-temen sekelas aku, sekarang lagi addicted banget sama yang namanya nopel cinta-cintaan yah, romantis-romantis gitu, deh. Apalagi temen-temen cewek. Mereka sampai rebutan buat minjem nopel dari temen aku. Cerita awalnya, gini..
Di suatu Senin, ada temennya temenku, sebut saja E, ngembaliin 2 nopel cinta-cintaan yang dipinjem dari temenku, sebut saja V. Aku, yang punya rasa keingintahuan yang amat sangat besar, langsung tanya ke si V, dan ngeliat nopel itu. “Itu novel apa, V?” Tanyaku sambil ngeliat-ngeliat ke tangan si V yang lagi megangin nopel itu. “Ini..” Kata dia sambil nunjukkin dua buku itu ke aku. Sampul depannya, bagus banget menurut aku. Perpaduan warnanya harmonis. Tapi setelah aku ngeliat judulnya, ternyata judul bukunya itu masing-masing: Summer In Seoul dan Autumn In Paris. Kalau yang Summer In Seoul itu cover depannya ada cowok yang lagi ngangkat ceweknya ke atas. Warnanya polos aja, sih. Waktu aku ngeliat sinopsis di belakang buku itu, ternyata ceritanya tentang penyanyi cowok, yang akhirnya pacaran sama seorang cewek. And, kalau yang Autumn In Paris covernya menurutku keren. Terlihat banget suasana musim gugur – adanya daun-daun cokelat, pohon yang meranggas – dan, ditengahnya ada dua orang – cewek, cowok – yang lagi duduk di kursi taman. Menarik banget kelihatannya. Pas aku buka-buka buku itu sebentar, ternyata ceritanya tentang cewek yang suka sama cowok, yang ternyarta saudaranya sediri. Penuh dengan drama, sih kelihatannya.
Dan ternyata, dugaanku itu emang bener..
“Aku, lho sampe nangis baca buku yang Autumn In Paris, V..” Komentar si E, yang notabene udah minjem dan baca buku itu. “Iya, aku juga..” Kata si V. Sebenernya, aku juga bingung, apa yang membuat mereka sampai semelankolis itu.
Mereka berdua nangis baca nopel itu. Namun setelah buku Autumn In Paris itu berpindah tangan (dipinjem) sama temen aku sebut saja L, dengan tenang dia berkata “Enggak.” Saat aku nanya “Kamu nangis enggak, L baca novel itu?” kalau itu emang bener, berarti dia orang yang, yah setipe sama aku, lah.
Selidik punya selidik, ternyata si V punya empat seri buku itu. Yang pertama Summer In Seoul, terus Autumn In Paris, Winter In Tokyo, dan Spring In London. Ngikutin banget. Kalau aku, sih nopel yang berseri gitu, palingan cuma Harry Potter. Hidup Harry Potter! Dan, aku agak bingung sama penulisnya, kenapa dia memakai nama-nama season, sebagai judulnya. Belum lagi pemilihan negaranya. Enggak Indonesia banget. Nanti, aku mau ngikutin penulis itu. Aku bakalan bikin buku, lima seri. Judulnya : Autumn In Surabaya, Spring In Cilandak, Summer In Bandung, Winter In Malang, dan Banjier In Jakarta. Horas! Yah, walaupun aku tahu, sih enggak ada empat musim itu di Indonesia, karena Indonesia jelas-jelas bebet-bibit-bobot nya adalah negara tropis. Tapi, seenggaknya menghayal itu perlu juga, kan? (ngeles)
Jujur, aku juga pernah nangis, gara-gara baca sebuah nopel. Tapi, nopel yang aku baca itu, bukan sebuah nopel cinta-cintaan. Nopel itu lebih fokus sama keluarga. Judulnya My Twin Sister. Buku itu mengisahkan tentang kembar bersaudara, yang menemukan sebuah buku yang isinya ramalan tentang keluarga mereka. Di buku itu dituliskan, bahwa salah satu anggota keluarga mereka nantinya ada yang meninggal akibat kecelakaan atau akibat penyakit kronis. Dan ternyata, ramalan itu ditujukan kepada salah satu dari mereka, yang ternyata punya penyakit kanker. Kembarannya tentu saja sedih, dia menulis di diary nya, kronologis dari awal, sampai akhir saudaranya itu meninggal. Berakhir dengan sad ending, tapi bener-bener nyentuh banget. Dan, yang aku suka, ternyata yang nulis itu umurnya enggak jauh-jauh amat sama aku, jadi niat banget nulis, nih.
Hari ini juga, aku menemukan seseorang yang juga kebelet banget nerbitin buku (ada yang mau enggak, ya?) Dia adalah sahabatku sendiri, uhm R. Dia hari ini dateng ke rumahku, terus mengamati rak bukuku dengan tatapan setengah enggak percaya. “Gila, Vel (aku, red) bukumu banyak banget.” Katanya. “Hehehe.. Yah, begitulah.” Kataku sambil melepas sepatu. “Aku baru nyadar kalau kamu punya koleksi buku sebanyak ini. Mulai kapan ngoleksi?” Tanyanya. Aku diem aja. “Uhm.. Gak tau, sih tepatnya. Yang pasti mulai dari SD..” Kataku. Aku dan R ngobrol di depan rak buku. R keliatannya tertarik banget ngomongin masalah buku. “Emang, jenis novel yang kamu suka itu yang kayak gimana?” Tanyaku. “Aku itu suka novel yang ada romantisnya, horornya, sama persahabatannya.” Jawabnya. “Emang ada, ya novel kayak gitu?” Tanyaku lagi. “Aku nyari enggak ada, sih. Gemes aku, sampe pengen bikin cerita sendiri..”
Aku sebenernya juga suka nulis, sih. Tapi aku enggak bakalan kuat kalau nulis nopel yang berlembar-lembar. Aku pernah nyoba nulis cerpen 3 lembar aja, kalau enggak sehari selesai, pasti besoknya udah males ngelanjutin. That’s how I make a story, how about novel? I don’t know... Kalau bikin nopel seratus lembar sehari, tanda-tandanya mata bakalan bengkak enggak karuan.
Bahkan, aku punya cita-cita jadi penulis. Tapi, mungkin bakatku emang sampai nulis di blog aja, kali ya? Hehehehe.. :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar