Greatest Memories In Bali (Part 2)

Tur pertama kami adalah ke pusat oleh-oleh Hawaii. Dengan muka percaya diri, aku masuk ke Hawaii. Mulai milih-milih kaos. Jujur. Bingung. Tanpa temen belanja buat orang lain itu rada sesuatu. Ditambah ini adalah pertama kali aku pergi sendiri buat belanja.

Paket Three In One

Sebenarnya, apa sih makna dari kita nge-blog?

Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di otakku ketika membuka laptop sepagi ini. Iya, ya. Untuk apa? Untuk kepuasan batinkah? Atau hanya sekadar untuk menyampaikan aspirasi yang nggak tersampaikan di dunia nyata?

Foto Memori

When I was just a little girl,

I asked my mother what will I be?

Will I be pretty? Will I be rich?

One Step Older

Banyak orang yang bilang, kalau cinta itu adalah sebuah proses. Ada saat-saat cowok dan cewek menjadi stranger, kemudian menjadi kenalan. Tak lama, waktu mengganti status mereka jadi teman. Lalu, nggak lama juga mereka akan saling suka hingga akhirnya pacaran. Syukur-syukur kalau misalnya nemu yang klop.

Greatest Memories in Bali (Part 1)

Tanggal 1 Mei sampai 4 Mei yang lalu, aku dan temen-temen satu angkatan pergi ke Bali dalam rangka rekreasi. Aku excited banget. Bahkan bisa dibilang lebay banget, sih excited nya.

Snowflakes!

“I can feel it in my belly.” – North, Rise of Guardians

Sayang banget kalau di negara semacam Indonesia ini (baca: negara tropis) nggak ada yang namanya ‘salju’. Semacam kekurangan juga kelebihan, sih sebenernya.

Kalau dipikir-pikir untungnya, ya.. Bisa mandi sinar matahari setiap hari. Bisa keluar keringet dalam arti mengurangi kalori dalam tubuh. Bisa juga bikin coklat kulit, yang katanya orang bule itu semakin tanned kita, maka kita akan semakin seksi. Okesip.

Same Colors, Different Feelings

Mungkin kamu tak pernah peduli. Mungkin kamu tak pernah memperhatikannya. Atau mungkin aku yang terlalu berlebihan mengartikannya. Tapi entah kenapa, sesuatu yang aneh menyangkut di hatiku ketika aku mulai menyadarinya.